Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Rumput Tetangga Lebih Indah

6/7/2025

0 Comments

 
Puncta 7 Juni 2025
Sabtu Paskah VII, Sabtu Imam
Yohanes 21:20-25

KITA ini seringkali sibuk mengurusi orang lain. Apa yang dilakukan orang lain jadi fokus perhatian kita. Apalagi kalau kita pergi kondangan, kita sibuk melihat penampilan mereka dari kaki sampai ke kepala.

Orang pergi ke pesta pakai mobil bagus, kita iri. Orang bawa tas bermerek, jam tangan mahal, perhiasan gemerlap dan alat make up mengkilap, kita gelisah dan tergagap-gagap. Mata dan perhatian kita tidak terlepas dari tetangga sebelah.

Maka ada pepatah berkata, “Rumput tetangga lebih indah daripada rumput sendiri.” Ungkapan itu mau mengatakan bahwa kita tidak mensyukuri apa yang ada pada diri kita, tetapi lebih suka membandingkan dengan orang lain.

Petrus juga berlaku demikian. Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?" 

Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" 

Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."

Kata Yesus ini juga ditujukan kepada kita, “Itu bukan urusanmu. Tetapi engkau; ikutlah Aku.” 

Yesus minta agar kita tidak terlalu banyak mengurusi orang lain, apalagi hal-hal remeh temeh dan sepele. “Itu bukan uruanmu!”

Yesus menghendaki agar kita lebih fokus untuk mengikuti Dia. Kalau kita terlalu banyak mengurusi orang lain, ‘ngegosip, gibah, menilai dan menghakimi orang lain, kita tidak maju tetapi justru berbuat dosa.

Tiap orang dipanggil dengan peran dan tugas perutusan masing-masing. Marilah kita fokus pada tugas perutusan kita sendiri. 

Jangan memusingkan diri dengan urusan orang lain. Bikin pusing dan stress sendiri.

Pergi ke PGS di konter batik,
Mau membeli selembar kain.
Lakukan tugasmu dengan baik,
Tak usah sibuk dengan orang lain.

Wonogiri, jangan banyak mikiran orang lain
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pertanyaan yang Diulang

6/6/2025

0 Comments

 
Puncta 6 Juni 2025
Jum’at Paskah VII
Yohanes 21:15-19

KETIKA mau masuk ke Seminari Mertoyudan, saya ditanya oleh ibu saya sampai berulang-ulang. “Apakah kamu sungguh-sungguh pengin menjadi romo?” 

Saya tahu ibu saya keberatan karena saya adalah anak sulung yang harus ikut memikirkan adik-adik saya.

Pertanyaan yang diulang-ulang itu mengandung arti kesungguhan, kemurnian niat, tidak hanya main-main atau sembrono dalam menjalaninya. Apa yang diniatkan harus dijalani dengan sungguh-sungguh.

“Aku dan bapakmu hanya bisa mendoakan kalau niatmu memang sungguh-sungguh,” demikian pesan ibu sebelum saya masuk ke Seminari. 

Saya masih terus meyakini ibu dan bapak selalu mendoakan saya dari sorga sehingga saya masih teguh sampai sekarang.

Yesus bertanya kepada Simon Petrus berulang-ulang sampai tiga kali. Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” 

Tuhan Yesus memakai kata “agapao” mengasihi tanpa syarat. Kasih sejati seperti Yesus mengasihi sampai mengorbankan diri, mati di kayu salib.

Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Petrus menjawab dengan kasih yang berbeda. Kata yang digunakan adalah “phileo” kasih seorang sahabat yang ada syaratnya. 

Aku mengasihi kamu kalau ada upahnya, ada untungnya, ada hasilnya. Maka sedihlah hati Petrus karena tak bisa mengasihi tanpa syarat.

Maka Yesuslah yang menurunkan derajat kasih-Nya kepada Petrus pada pertanyaan ketiga. Yesus memaklumi keterbatasan Petrus. Petrus pernah menyangkal tiga kali. Namun Yesus tetap mengasihinya dengan tulus. 

Mengasihi adalah syarat mutlak menjadi pengikut Yesus. Mengasihi adalah hukum utama yang harus dijadikan pedoman dasar bagi setiap Kristen. 

Beranikah kita menjawab kasih Tuhan dengan setulus hati dan ikhlas menjalaninya?

Pergi ke pasar beli lengkuas,
Untuk masak sayur oseng pedas.
Kasih Tuhan tidak ada batas,
Menerima kita bak samudera luas.

Wonogiri, terus ingin mengasihi....
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Unus Pro Omnibus, Omnes Pro Uno

6/5/2025

0 Comments

 
Puncta 5 Juni 2025
Pw. St. Bonifasius, Uskup dan Martir
Yohanes 17:20-26

KALIMAT dalam Bahasa Latin ini menjadi semboyan Negara Swiss yang terkenal dengan pemandangannya yang indah. Mungkin mirip seperti kita yang mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Semboyan itu sungguh dihayati oleh warga Swiss, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakatnya. Mereka hidup dalam kesatuan demi kesejahteraan bersama. 

Tidak heran, tingkat kepercayaan dunia sangat tinggi, sehingga banyak lembaga-lembaga internasional berkantor di Swiss. Juga lembaga keuangan global mempercayakan asetnya di sana.

Alexander Dumas dalam Novelnya yang berjudul The Three Musketeers juga bercerita tentang semboyan “One for All, All for One” ini dalam membangun kelompok pengawal raja Perancis.

Persatuan itu menjadi kunci untuk membangun hidup bersama. Yesus juga mengajak para murid-Nya untuk membangun persatuan sebagaimana Dia bersatu dengan Bapa yang di sorga.

Yesus mendoakan dan memberi pesan agar murid-murid-Nya bersatu. “Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Bagaimanakah persatuan yang dikehendaki Yesus itu kita jalankan bersama? Dunia yang lebih mementingkan sikap egoistik dan persaingan menjadi tantangan kita mewujudkan semangat persatuan.

Membangun persatuan berarti menerima sesama sebagai saudara, bukan pesaing atau musuh. Membangun persatuan berarti siap meninggalkan kepentingan pribadi dan mau berkorban bagi kebersamaan.

Apakah dalam hidup bersama baik di komunitas, gereja dan masyarakat, kita sudah ikut membangun semangat persatuan sebagaimana yang diharapkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya?

Bersatu kita teguh,
Bercerai kita runtuh.
Agar kita tetap utuh,
Jangan suka mengeluh.

Wonogiri, semangat bersatu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Bukan dari Dunia, Tetapi ada di Dunia

6/4/2025

0 Comments

 
Puncta 4 Juni 2025
Rabu Paskah VII
Yohanes 17:11b-19

BANYAK film-film hero yang kita nikmati. Salah satunya adalah Film “Superman.” 

Nama aslinya adalah Kal-El dari Planet Krypton yang telah hancur. Kal-El dikirim ke bumi untuk menyelamatkannya.

Kal-El ditemukan oleh pasangan Jonathan dan Martha Kent dan diberi nama Clark Kent. Ia tumbuh sebagai pemuda yang mempunyai kekuatan heroik untuk menolong dan melindungi orang kecil, lemah dan menderita. 

Dengan kekuatan supernya dia diberi julukan Manusia Super atau Superman.

Ia bukan dari planet bumi, tetapi hidup dan mengorbankan dirinya untuk menjaga, memelihara dan menyingkirkan segala yang jahat dari muka bumi. Ia menghadapi banyak tantangan dan bahaya demi menyelamatkan manusia.

Yesus berasal dari Allah. Ia datang ke dunia untuk membangun Kerajaan Allah. Ia mengumpulkan murid-murid-Nya untuk ikut serta mewartakan nama Allah. Para murid diajari dan dididik tentang siapa Allah.

Yesus menjaga dan memelihara murid-murid-Nya agar tetap bersatu sejiwa dalam persekutuan dengan-Nya. 

Mereka bukan lagi dari dunia karena telah bersatu dengan Kristus. Tetapi mereka harus menghadapi dunia yang gelap dan kejam.

Maka Yesus mendoakan mereka agar sepeninggal-Nya, Bapa tetap menjaga dan memelihara mereka. 

“Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 

Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.”

Sebagai murid Kristus kita diingatkan bahwa asal-usul kita bukan dari dunia, sama seperti Kristus yang bukan dari dunia. 

Kita diutus Kristus untuk meneruskan karya-Nya yakni membawa kabar sukacita kepada dunia. “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.”

Marilah kita jalankan tugas perutusan kita yakni menguduskan dunia dimana kita hidup dan berkarya. 

Marilah kita menjadi “Superman” bagi yang lemah, miskin dan tersingkir.

Bulan bersinar redup,
Menyinari wajah-wajah manusia.
“Urip iku kudu urup.”
Hidup harus berguna bagi sesama.

Wonogiri, mari kita terus berkarya agar berguna
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Terpajang di Museum Ambarawa

6/3/2025

0 Comments

 
Puncta 3 Juni 2025
Pw. St. Karolus Lwanga dkk, martir
Yohanes 17: 1-11a

KALAU kita berkunjung ke museum Kereta Api di Ambarawa, di sana kita akan melihat foto-foto para mantan pimpinan Jawatan Kereta Api dari awal hingga yang terakhir. Salah satu foto yang dipajang adalah gambar Bapak Ignatius Jonan.

Banyak orang mengagumi sepak terjang pengabdian Bapak Jonan di dalam membaharui sistem perusahaan BUMN ini. Namanya harum disebut-sebut sebagai salah satu pimpinan yang berhasil.

Masyarakat sekarang bisa merasakan kenyamanan, keamanan dan ketepatan jadwal-jadwal kereta api. “Naik kereta api sekarang sangat enak dan nyaman, bersih, teratur dan jadwalnya tepat,” kata seorang penumpang KA di Stasiun Balapan, Solo.

Pekerjaan yang dilakukan dengan baik akan juga membawa keharuman bagi instansi atau pejabat yang memimpinnya. Dia dipuji dan dipermuliakan banyak orang karena menyelesaikan tugas dengan bersih dan baik.

Di akhir hidup-Nya Yesus berdoa kepada Bapa-Nya. “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”

Pekerjaan Yesus yang telah diselesaikan-Nya di kayu salib menyatakan kemuliaan Allah. Maka Allah membangkitkan-Nya dari kematian. Salib menjadi jalan kemuliaan dan belas kasih Allah yang paling besar.

Yesus meminta kepada Bapa agar Bapa menjaga para murid-Nya supaya mereka bersatu sama seperti Yesus bersatu dengan Bapa-Nya. Yesus telah mewartakan kasih Allah sampai di kayu salib. Itulah kemuliaan yang dinyatakan Allah kepada Yesus.

Bagi Paulus, Salib adalah kekuatan dan Hikmat Allah. Salib justru menunjukkan kekuatan dan kemuliaan Allah. Salib bukan kebodohan atau batu sandungan, tetapi justru pemuliaan Allah. Apa yang dianggap rendah atau hina oleh dunia, justru dipakai untuk mempermuliakan manusia.

Mari kita tunaikan tugas dan tanggungjawab kita dengan baik. Allah akan memberi anugerah-anugerah kemuliaan bagi kita juga.

Ngobrol di warung angkringan,
Sambil makan goreng-gorengan.
Salib adalah jalan kemuliaan,
Berkorban itu membahagiakan.

Wonogiri, mari ikhlas berkorban
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Krisis Kepercayaan

6/2/2025

0 Comments

 
Puncta 2 Juni 2025
Senin Paskah VII
Yohanes 16:29-33

SALAH satu yang membuat orang mengalami krisis kepercayaan adalah seringnya dibohongi. Apalagi yang sering berjanji adalah orang yang dicintai atau dihormati. 

Hetty Koes Endang pernah menggambarkan krisis kepercayaan dengan hati yang dingin karena selalu dibohongi. 

Jeritan Hetty Koes Endang yang mengalami krisis kepercayaan termuat dalam lirik lagu ini:
“Kau janjikan berbulan madu ke ujung dunia. Kau janjikan sepatuku dari kulit rusa.
Tapi janji tinggal janji. Bulan madu hanya mimpi. Tapi janji tinggal janji di bibirmu.”

Dalam dunia politik, janji-janji diobral saat kampanye. Calon pemimpin mengeluarkan jurus “omon-omon” untuk ngobral janji. 

Tetapi rakyat sudah tahu, kalau sudah duduk di kursi empuk, janjinya menguap tak tentu arah.

Orang tidak percaya pada janji. Yang dibutuhkan adalah tindakan nyata. Kepercayaan terbangun karena antara kata dan perbuatan sungguh terwujud jelas. 

Sekarang murid-murid Yesus percaya bahwa Dia sungguh-sungguh datang dari Allah. Mereka telah mengalami sendiri apa yang dikatakan Yesus adalah benar.

Mereka berkata, “Lihat, sekarang Engkau berkata-kata terus terang dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.”

Kepercayaan inilah modal dasar untuk bisa melakukan hal-hal besar. Kendati para murid menghadapi tantangan dan kesulitan, namun karena percaya maka mereka terus mewartakan Injil. 

Mereka percaya bahwa kata-kata Yesus bukan omong kosong. Yesus berjanji, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”

Yesus telah mengalahkan dunia, maka Dia akan menyertai para murid dengan damai sejahtera. Dengan bekal percaya itulah kita dituntun menjadi pewarta-pewarta iman. 

Jangan pernah ragu dan bimbang, tetaplah percaya pada Kristus, kita bisa mengalahkan dunia.

Janjinya makan siang gratis,
Ternyata dompetnya menipis.
Ikut Yesus jangan sampai krisis,
Damai-Nya takkan pernah habis.

Wonogiri, tetap percaya dan setia
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Persatuan Indonesia

6/1/2025

0 Comments

 
Puncta 1 Juni 2025
Minggu Paskah VII
Hari Komunikasi Sosial Sedunia
Yohanes 17:20-26

SILA ketiga dalam Pancasila, dasar negara kita adalah Persatuan Indonesia. Sukarno, pencetus fondasi kenegaraan dan Bapak Proklamasi kita sadar bahwa masalah besar di Indonesia adalah persatuan.

Ia sangat memahami bahwa Indonesia terdiri dari ribuan pulau-pulau, adat budaya, agama dan etnis yang tersebar di seluruh Nusantara. 

Dari sejarah kita pernah mengalami berbagai pemberontakan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan. Bahkan juga pernah dibentuk Republik Indonesia Serikat.

Persatuan menjadi kata kunci untuk membangun Indonesia. Tanpa persatuan, kita akan terpuruk dan tercerai berai. Maka Sila ketiga “Persatuan Indonesia” harus terus diperjuangkan segenap pihak.

Begitu pun Yesus dalam membangun komunitas para murid. Persatuan di antara mereka sangat penting. Ada banyak motivasi pribadi para murid. 

Ada motivasi uang, kedudukan, popularitas dan jabatan. Terbukti ada masalah dengan kesatuan mereka. Yudas Iskariot membelot dan mengkhianati mereka.

Doa Yesus kepada Bapa-Nya adalah demi persatuan mereka. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah dalam nama-Mu mereka yang telah Kau berikan kepada-Ku, agar mereka bersatu seperti Kita.” 

Yesus ingin membangun Keluarga Besar Allah atas dasar para rasul. Maka kesatuan murid-murid menjadi penting.

Persatuan di antara para murid penting karena merupakan bagian dari kesaksian bahwa mereka adalah keluarga Allah dalam persekutuan dengan Yesus Kristus, Sumber dan pokok iman.

Marilah kita galang terus persatuan, baik ke dalam maupun keluar. Ke dalam berarti seluruh unsur dalam Gereja. Keluar berarti dengan saudara-saudara dalam Kristus maupun dengan sesama warga. 

Benarlah pepatah yang berkata, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”

Dari Aceh sampai Pulau Irian,
Kita memiliki banyak kekayaan.
Kita galang semangat persatuan,
Karena itu modal pembangunan.

Wonogiri, semoga kita selalu bersatu
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Ave Maria

5/31/2025

1 Comment

 
Puncta 31 Mei 2025
Pesta St. Maria Mengunjungi Elisabet
Lukas 1: 39-56

“SALAM Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu.” Doa Salam Maria itu lebih sering kita daraskan daripada doa Bapa Kami. Entah itu dalam rangkaian doa Rosario atau doa-doa harian yang terucap dari mulut kita.

Doa itu sangat biblis karena diambil dari peristiwa Maria mengunjungi Elisabet di rumahnya. Dalam kutipan Injil yang kita renungkan hari ini, Maria, gadis muda yang sedang mengandung pergi ke rumah Elisabet.

Ia mendapat pesan dari Malaikat bahwa Elisabet pada hari tuanya juga dikaruniai anak oleh Tuhan. Peristiwa ini adalah suatu mukjizat karena Elisabet dikatakan mandul. Tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Maria ingin membuktikan, tetapi lebih dari itu, Ia ingin berbagi pengalaman rohani dengan Elisabet tentang sukacita besar dan belaskasih Allah yang begitu agung melampui pikiran manusia.

Karena ini adalah pengalaman akan Allah, maka pembicaraan mereka juga tentang karya-karya Allah yang melampaui ekspektasi harapan. 

Elisabet memuji Maria sebagai ibu Tuhan. Maria memuji Allah sebagai sumber kehidupan.

Dalam kunjungan, perjumpaan dengan teman, saudara atau kenalan, kita seringkali hanya berbincang tentang hal-hal yang remeh temeh. Kita jarang sekali berbicara tentang karya-karya agung Tuhan.

Bahkan dalam pertemuan lingkungan, kalau ada kata “sharing pengalaman” banyak yang takut datang. Mereka menghindari dan tidak berani berbagi pengalaman dengan orang lain. 

Apakah kita tidak punya pengalaman rohani sebagaimana Maria dan Elisabet yang dengan sukacita berbagi?

Mari kita belajar dari perjumpaan dan kunjungan Maria kepada Elisabet ini. Mereka menemukan kasih Allah yang besar dan rela berbagi dengan orang lain, kendati Maria harus rela pergi jauh ke rumah Elisabet.

Jalan pagi di alun-alun Wonogiri,
Sambil berjemur di terik matahari.
Lebih banyak berjumpa untuk berbagi,
Banyak berkat tidak untuk diri sendiri.

Wonogiri, ayo kita berkunjung
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Tangisan yang Ditunggu

5/30/2025

1 Comment

 
Puncta 30 Mei 2025
Jum’at Paskah VI
Yohanes 16: 20-23a

HARI Rabu tanggal 21 Mei 2025 pukul 19.32 waktu Belanda atau Kamis pukul 00.32 WIB terdengar tangisan bayi di kesunyian malam. Ya, Madeleine Eva Brylian telah lahir di Ziekenhuis Gelderse Vallei Hospital dengan tangisan yang membawa bahagia bagi semua orang.

Tangisan seorang bayi adalah tanda kehidupan. Ia menangis seorang diri, tetapi dunia dan orang-orang di sekitarnya sangat bahagia. 

Orangtua dan saudara-saudaranya bergembira ria mengiringi tangisan seorang bayi yang baru lahir.

Perpisahan selalu membawa kesedihan. Bayi menangis karena harus berpisah dengan rahim ibu yang memberi kehidupan. 

Sementara ibunya merasa bahagia kendati harus mengalami kesakitan yang luar biasa saat melahirkan.

Kesedihan dan penderitaan akan berubah menjadi sukacita bagi semua keluarga karena lahirnya makhluk baru di dunia. Dukacita akan menjadi sukacita ketika Yesus pergi namun Roh Kudus hadir menemani.

Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. 

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.”

Dengan pencurahan Roh Kudus, Gereja lahir di tengah-tengah dunia menjadi tanda keselamatan bagi segala makhluk. Di tengah-tengah penantian para murid berduka karena ditinggal Yesus.

Tetapi di hari Pentakosta nanti, Gereja lahir membawa sukacita bagi seluruh dunia. Seperti seorang bayi yang menangis, namun membawa kegembiraan, demikian juga Gereja lahir membawa kabar sukacita.

Semoga keberadaan kita sebagai Gereja mampu membawa kegembiraan bagi setiap orang di sekitar kita. Biarlah kita menangis seorang diri, tetapi dunia akan bergembira karena derita kita membawa keselamatan bagi dunia.

Sejarah diciptakan penguasa,
Untuk menghapus gelap gulita.
Pengorbanan tak akan sia-sia,
Sebab banyak orang bahagia.

Wonogiri, tangisan sukacita
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Anoman Duta

5/29/2025

1 Comment

 
Puncta 29 Mei 2025
Hari Kenaikan Tuhan Yesus
Lukas 24: 46-53

DALAM epos Ramayana ada satu sequel kisah tentang Anoman yang diutus oleh Rama untuk pergi Alengka. 

Dia diberi tugas untuk menyampaikan pesan kepada Dewi Sinta, bahwa Rama akan menjemput istrinya itu jika ia masih tetap setia mencintainya. 

Untuk membuktikan cintanya, Rama menitipkan cincin kepada Anoman agar diberikan kepada Sinta. 

Tugas ini sangat berat karena banyak bahaya menghadang di jalan. Selain medan yang jauh dan sulit, juga musuh berkeliaran dimana-mana.

Dengan kesaktiannya, Anoman berhasil sampai di Taman Argasoka dan bertemu dengan Dewi Sinta. Ia menyampaikan pesan Rama bahwa ia dan prajuritnya akan menjemputnya dan membumihanguskan Alengka.

Yesus berpisah dengan murid-murid-Nya ketika Dia terangkat ke Sorga. Namun sebelum itu, Dia memberi perintah kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem.

Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”

Yesus tahu bahwa tugas pemberitaan Injil ini sangat berat, maka Dia menjanjikan Roh Kudus agar membimbing dan menuntun mereka. Para murid diminta menanti sampai Roh Kudus dicurahkan.

 “Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."

Sekarang tugas kitalah umat yang telah diberi kuasa Roh Kudus dalam Sakramen Krisma untuk menjadi saksi Kristus kepada semua orang. Dengan cara hidup dan teladan, kita mewartakan kasih Tuhan. Mari kita menjadi saksi Kristus.

Ke Surabaya jangan Pasuruhan,
Lebih baik lewat kota Bangil.
Sesudah dirimu diselamatkan,
Jadilah saksi dan pewarta Injil.

Wonogiri, Wartakanlah kebaikan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki