Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Kesaksian Iman Rasuli

10/28/2024

0 Comments

 
Puncta 28 Oktober 2024
Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul
Lukas 6: 12-19

DALAM sebuah kelompok atau komunitas, ada lingkaran-lingkaran kedekatan. Ada kelompok inti, tetapi juga ada kelompok luar atau pinggiran. Mereka mempunyai peran dan tugas masing-masing yang sama pentingnya.

Di antara duabelas rasul Yesus juga ada circle atau lingkaran. Circle terdekat yang sering disebut adalah Petrus, Yakobus dan Yohanes. Dua orang yang kita rayakan hari ini, Simon yang sering disebut “Orang Zelot” dan Yakobus anak Tadeus jarang diceritakan kisahnya. 

Bukan karena jarang disebut, lalu mereka dianggap tidak penting. Bukan! Mereka tetap bagian penting yang melambangkan Israel baru. 

Dari sebutannya “Orang Zelot” bisa jadi Simon adalah pengikut fanatik kelompok Yahudi yang melaksanakan Hukum Taurat secara murni dan memberontak melawan penjajah. Dia termasuk bagian dari kelompok Yahudi yang menantikan Mesias secara politis.

Yudas, yang bukan Iskariot, adalah saudara dari Yakobus Muda. Dia dikenal sebagai pribadi yang pemberani dan gigih dalam menghadapi situasi sulit dan rumit.

Dalam tradisi banyak orang berdoa melalui perantaraannya untuk menghadapi masalah-masalah berat dan sulit dalam kehidupannya. Kita bisa berdoa melalui Santo ini.

Secara tradisi kedua rasul ini mewartakan Injil sampai ke Persia, Iran dan menjadi martir di sana sekitar tahun 107 Masehi. 

“Darah para martir menyuburkan benih iman Gereja” atau “Sanguis Martyrum Semen Christianorum,” pesan Tertulianus ini menegaskan perutusan dua rasul ini.

Merayakan kehidupan para rasul berarti menimba semangat pelayanan dan pewartaan mereka. Gereja berkembang karena mereka bersaksi dan berani diutus bahkan rela berkorban demi Injil-Nya. 

Pengalaman dikasihi oleh Yesus sampai rela mati di kayu salib, mereka wujud-nyatakan sampai pada kemartiran mereka sendiri.

Apakah kita punya pengalaman dikasihi Tuhan Yesus sedemikian rupa sampai kita juga berani membalas kasih-Nya sampai tuntas? Orang yang dilunaskan hutangnya yang besar, pasti akan membalas kebaikan dengan sepenuh hidupnya. 

Kita ini adalah orang-orang yang berhutang pada Tuhan seperti para rasul itu. Mari kita membalas kebaikan Tuhan sekuat tenaga.

Ke Banyuwangi naik kapal,
Langsung sandar di kota Tabanan.
Jadi martir di zaman milenial,
Siap wartakan kasih dan kebenaran.

Wonogiri, marilah kita bersaksi
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mimi dan Paus Fransiskus

10/27/2024

0 Comments

 
Puncta 27 Oktober 2024
Minggu Biasa XXX
Markus 10: 46-52

DALAM kunjungan ke Indonesia Paus Fransiskus bertemu dengan para penyandang disabilitas. Mimi Lusli, wanita penyandang tuna netra, yang meraih gelar Doktor dari Vrije Universiteit Amsterdam- Netherland tahun 2016 ini menyapa Paus Fransiskus. 

“Bapa Suci, nama saya Mimi Lusli, dan saya kehilangan penglihatan pada usia 17 tahun. Sebagai seorang Katolik muda, saya menemukan penghiburan dalam Jalan Salib. Di sinilah saya bertemu Yesus." 

"Dia tidak meninggalkan saya; sebaliknya, Yesus mengajari saya cara bagaimana hidup tanpa penglihatan fisik. Yesus, mercusuar harapan kita, selalu memperjuangkan kebutuhan mereka yang difabel. Saya sangat percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan unik untuk memperkaya keragaman dunia kita, dan disabilitas hanyalah salah satu dari aspek unik ini," tambahnya.

Peran Gereja sangat penting dalam memastikan martabat pribadi manusia. Kita harus mengambil tanggung jawab dan secara aktif mengadvokasi hak-hak disabilitas. Bapa Suci, belas kasih Anda memberi kami pengharapan, dan kehadiran Anda memastikan bahwa kami tidak pernah ditinggalkan.” Itu harapannya.

Bapa Fransiskus menanggapi sharing dari Mimi, “Kalian adalah bintang yang bersinar di langit Nusantara ini, para anggota yang paling berharga dari Gereja ini, kalian harta karunnya seperti apa yang dikatakan Diakon dan Martir St. Laurensius pada awal gereja.

Perjumpaan Mimi dengan Paus kemarin seperti perjumpaan Bartimeus dengan Yesus di Yerikho. Bartimeus memang buta secara jasmani, tetapi hati rohaninya terbuka terang dan percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Daud.

Begitu juga Mimi mengalami perjumpaan dengan Yesus. “Sebagai seorang Katolik muda, saya menemukan penghiburan dalam Jalan Salib. Di sinilah saya bertemu Yesus,” demikian katanya.

Kendati tuna netra, tetapi ia bisa menemukan Tuhan. Kita harus malu senyatanya karena dengan mata terbuka, kita justru tidak mampu menemukan  Tuhan dan kasih-Nya yang nyata di tengah-tengah kita.  

Kita mesti belajar rendah hati melalui Bartimeus dan Mimi Lusli yang mengalami perjumpaan kasih dengan Yesus.


Bulan depan sudah mulai hujan,
Mohon dikurangi acara jalan-jalan.
Tuna netra bukanlah halangan,
Untuk bisa berjumpa dengan Tuhan.

Wonogiri, imanmu menyelamatkan engkau
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Apa Itu Schadenfreude

10/26/2024

0 Comments

 
Puncta 26 Oktober 2024
Sabtu Biasa XXIX
Lukas 13:1-9

Dikutip dari Psychology Today, dalam bahasa Jerman secara harafiah Schadenfreude berarti "membahayakan kegembiraan" dan mengacu pada tindakan menikmati kemalangan orang lain. Orang merasa bahagia di atas penderitaan sesamanya. 

Kalau tidak hati-hati, schadenfreude bisa mengarah pada sadisme, narsistis dan psikopatik. Ada perilaku menyimpang jika ada orang yang merasa puas kalau bisa menyakiti, melukai atau menyiksa.

Tindakan sederhana yang sering kita lakukan kalau melihat orang lain menderita adalah “nyokurke.” Kalau ada orang lain gagal, jatuh atau susah, kita tidak berempati tetapi justru merasa puas dengan menyalahkan, menghakimi atau mengharapkan sialnya.

Orang merasa senang melihat penderitaan sesamanya. Sebaliknya kalau ada teman yang sukses atau berhasil dia akan merasa iri, cemburu dan tidak suka. 

Inilah gejala-gejala schadenfreude yang membahayakan perkembangan kepribadian seseorang.

Orang-orang yang datang kepada Yesus dan mengabarkan nasib sial yang dialami orang-orang Galilea yang darahnya dicampur dengan darah korban persembahan oleh Pilatus itu mungkin juga punya perilaku schadenfreude. Seolah mereka membenarkan diri atas nasib sial yang dialami orang lain.

Yesus mengoreksi lagi atas sikap “nyokurke” dengan berkata, “Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?” Tidak!!

Yesus lebih menekankan sikap tobat daripada menyalahkan atau menghakimi orang lain yang sedang menderita. Pertobatan diri lebih penting daripada menilai jelek orang lain. 

“Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian," kata Yesus.

Mari kita kembangkan empati bagi mereka yang susah, bukan malah bersukacita di atas derita orang lain. 

Jalanan sepi di hari Jum’at,
Semua orang sembahyang sholat.
Lebih baik kita bertobat,
Daripada kita suka menghojat.

Wonogiri, mari kita berempati
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Goebells dan Teori Big Lie

10/25/2024

0 Comments

 
Puncta 25 Oktober 2024
Jumat Biasa XXIX
Lukas 12: 54-59

MANUSIA zaman ini sulit membedakan mana fakta dan mana hoax. Ribuan berita berseliweran di medsos. Entah itu berita keliru, salah, hoax atau berita yang benar dan valid butuh disaring kebenarannya. 

Maka banyak orang mengalami kebingungan, kawatir, stress dan bahkan ada yang bunuh diri karena berita-berita yang menyesatkan. Kita telah memasuki era Post Truth dimana kebenaran dan kebohongan bercampur baur.

Paul Joseph Goebells pernah mengatakan, “Kebohongan yang diceritakan sekali adalah kebohonan. Tetapi kebohongan yang diceritakan ribuan kali bisa menjadi kebenaran.” Dia adalah menteri propaganda Nazi pada zaman Hitler.

Tekniknya yang paling terkenal dalam membuat propaganda disebut “Argentum ad nausem” atau Big Lie (Kebohongan Besar). Prinsipnya adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran umum. Sederhana namun membahayakan dan mematikan.

Yesus sudah mengingatkan kepada masyarakat umum untuk waspada menilai tanda-tanda zaman. Orang diajak untuk mencari kebenaran dengan hati nuraninya. Tidak boleh hanya mendengar berita-berita palsu di luar sana yang tidak jelas sumbernya.

Yesus berkata kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?”

Saat ini ribuan putaran kebohongan diciptakan di tengah-tengah kita. Akibatnya kebohongan buatan itu kita terima sebagai kebenaran. Kita terpengaruh dan tidak bisa membuat keputusan sendiri secara benar. Maka Yesus menegaskan, “Mengapa engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?”

Teknik Goebells ini sering digunakan dalam dunia politik. Korbannya adalah orang-orang yang mudah dibodohi karena kurang baca, dan pikirannya sempit. 

Apakah kita adalah orang-orang yang mudah dibodohi sehingga tidak bisa berpikir jernih dan benar? Sabda Yesus hari ini mengusik benak dan pikiran kita sebagai orang beriman.

Pesta nikah pakai nasi box,
Berisi ayam dan dua telurnya.
Jangan percaya berita hoax,
Luas wawasan agar bijaksana.

Wonogiri, carilah kebenaran
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pertentangan Batin

10/24/2024

0 Comments

 
Puncta 24 Oktober 2024
Kamis Biasa XXIX
Lukas 12: 49-53

SEORANG ibu yang rajin dan aktif menggereja menghadapi dilema yang sulit. Anak gadisnya yang sedang mekar bak madu manis diisap oleh kupu-kupu muda yang menggelegak. Pesan dan nasehat ibu yang selalu mengingatkan tak digubrisnya. 

Kedua insan yang dimabuk asmara ini nekad melangkah jauh. Hamil tak bisa disembunyikan. Anak gadis itu dikeluarkan dari sekolah. Pergi meninggalkan rumah dan keluarga. 

Gadis itu dibutakan oleh cinta masa remaja. Ibunya hanya dapat berdoa mengeluh tanpa kata di depan Patung Pieta.

Ketika hidup tidak seperti yang dicitakan, kupu-kupu muda itu tetap terbang ke sana kemari tanpa henti, si gadis ditinggalkan tanpa rasa berdosa. 

Ia merintih pedih dengan bayi merah di pangkuannya. Akhirnya dengan rasa sesal mendalam, dia datang mengetuk pintu hati ibunya. 

Kasih mamanya seperti api yang tak pernah padam. Ibu itu menerima anak dan sekaligus cucunya. Kasih pengampunan menghapus marah dan dendam. Di depan salib Tuhan, mereka merenda masa depan.

Yesus datang untuk melemparkan api ke dunia. Api cinta kasih yang harus tetap dijaga nyalanya. Cinta Yesus yang berkobar itu harus dibasuh oleh air pembaptisan. 

Baptisan yang sesungguhnya adalah salib pengurbanan. Cinta sejati harus terwujud dalam pengurbanan diri.

Karena cintanya kepada Yesus, ibu tadi minta anaknya menikah dengan kekasihnya di gereja. Namun sang lelaki ngotot cukup nikah adat. Si gadis tak bisa berkutik. Ia melawan ibunya. Ia lari meninggalkan rumah dan gereja. Ketika jalan buntu akhirnya gadis itu kembali bersimpuh di kaki ibu dan Salib-Nya.

Salib Yesus memang tidak enak. Kadang kita ingin lari mencari kesenangan dan kenikmatan sendiri. Muncullah pertentangan di dalam keluarga. Yang satu ingin tetap setia pada salib, seperti ibu tadi. Yang lain ingin lari mencari kesenangan duniawi, seperti sang gadis. 

Pada akhirnya api cinta Yesus tetap menyala. Api kasih itu terwujud dalam pengampunan dan penerimaan ibunya. Api cinta Yesus menyadarkan gadisnya akan kebodohannya. 

Api kasih Yesus menerangi gelapnya hati di mabuk asmara. Kini dia memanggul salib untuk membesarkan buah hati yang tak tahu bapaknya.

Ibu itu bahagia dengan salib yang diterima. Ia hidup damai bersama anak gadis dan cucunya. Mereka bersama-sama memanggul salib dengan cinta yang tak pernah padam. Hanya api kasih Yesus yang mampu membawa damai kendati harus memanggul salib setiap hari. 

Sabda Yesus itu penguat sekaligus pegangan untuk terus menatap masa depan, “Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala.”

Semoga kita pun setia menjaga api cinta kasih Kristus agar terus menyala, sehingga perjalanan kita memanggul salib menjadi wujud nyata mangasihi Tuhan dan sesama.

Operasi kecil di kaki kanan,
Cukup istirahat seharian.
Api Yesus api pengorbanan,
Salib Yesus salib pengampunan.

Wonogiri, puji Tuhan kasihNya berlimpah
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Membangun Kredibilitas

10/23/2024

0 Comments

 
Puncta 23 Oktober 2024
Rabu Biasa XXIX
Lukas 12:39-48

SUATU kali, Bapak saya memberi nasehat pada adik-adik, “Kalau kamu ikut kerja di tempat orang, kamu harus berbuat melebihi tuntutan orang itu. Misalnya, tuan rumah bangun jam lima pagi. Kamu harus bangun lebih pagi, jam empat atau setengah lima. Kalau dia minta menyelesaikan tugas satu hari, kerjakan kurang dari satu hari. 

Kalau sudah selesai, dan masih ada waktu luang, mintalah tugas lain yang bisa dikerjakan. Pimpinan pasti akan senang dan akan memberi tanggungjawab yang lebih besar lagi kepadamu.”

Saat itu orangtua mendidik anak-anaknya dengan keras, karena dunia akan memperlakukan kita lebih keras lagi. Kalau kita lulus dari didikan orangtua, maka kita juga akan siap menghadapi kerasnya tuntutan dunia yang kejam.

Tuhan Yesus berkata: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? 

Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”

Santo Aloysius Gonzaga punya semboyan yang bagus, “Ad Maiora Natus Sum.” Artinya aku dilahirkan untuk melakukan hal-hal yang lebih besar. Kita ini diberi talenta oleh Tuhan untuk bisa melakukan hal-hal yang lebih besar.

Sebagai hamba yang baik, kita diminta selalu siap siaga melakukan apa pun melebihi tugas dan tanggungjawab kita. Dengan demikian kita akan dipercaya oleh tuan kita dengan hal-hal yang lebih besar.

Tuhan Yesus bersabda, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."

Marilah kita menjadi hamba yang tekun dan siap sedia melakukan tugas panggilan kita. Tuhan akan mempercayakan kepada kita hal-hal besar untuk kita kerjakan.

Pergi ke Turki makan nasi kebab,
Nasinya empuk dagingnya sungguh lezat.
Kalau kita setia dan bertanggungjawab,
Akan dipercaya kerjakan tugas yang hebat.

Wonogiri, jadilah orang yang bisa dipercaya
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Ada Lagu Kematian di Kelas

10/22/2024

0 Comments

 
Puncta 22 Oktober 2024
Selasa Biasa XXIX
Lukas 12: 35-38

CARA kreatif tapi sedikit nakal dilakukan para siswi menyambut kedatangan Guru Bahasa Jerman di kelas. Waktu itu ada pelajaran Bahasa Jerman di SMA Stella Duce Yogyakarta. Para murid yang semuanya adalah perempuan punya ide nakal. 

Mereka sengaja menyambut Ibu Guru yang akan masuk kelas dengan pura-pura tidur di kursinya masing-masing. Sambil menutup mata seperti orang tidur, mereka menyandarkan tubuhnya di kursi.

Disambut dengan cara yang kompak tapi nakal itu, Bu Guru Jerman ini tidak marah. Ia masuk ke kelas dengan tenang. Ia kemudian berdiri di depan kelas dan kemudian menyanyikan sebuah lagu dalam Bahasa Jerman.

Lagu itu berjudul, “Näher, mein Gott, zu dir.” Kalau Inggrisnya berjudul, “Nearer My God to Thee. Itu adalah lagu untuk mengiringi kematian. 

Dalam Buku Puji Syukur lagu itu diterjemahkan begini, “Tuhan, Berikanlah istirahat. Abadi dan tenang bagi yang wafat. Beri pengampunan segala dosanya. Kar’na mahamurah hati-Mu, Allah.”

Sontak para murid berteriak-teriak ketakutan dan bangun dari tidurnya. Ibu guru itu hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka dan pelajaran Bahasa Jerman dimulai. Murid-murid kagum pada Ibu Guru yang cerdas itu.

Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya, "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.”

Selalu berjaga-jaga dan siap sedia jika Tuhan datang itulah warta Yesus. Kapan saja Tuhan datang, kita selalu siap. Kita tidak tahu kapan Tuhan datang. 

Seperti juga kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Maka pentinglah kita menyiapkan diri dengan berjaga-jaga.

Berjaga-jaga itu tidak dengan tidur-tiduran santai seperti anak di kelas tadi. Berjaga-jaga adalah sebuah sikap yang siap melakukan apa pun dalam setiap kesempatan. Yesus memuji mereka yang berjaga-jaga. Orang yang demikian pantas mendapatkan apresiasi dari Tuannya.

“Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.”

Marilah kita gunakan waktu hidup kita ini untuk berjaga-jaga. Banyak melakukan kebaikan adalah wujud nyata dari semangat berjaga-jaga.

Kematian pasti akan datang,
Namun kita tidak tahu saatnya.
Lebih baik kita persiapan,
Jika waktunya telah tiba.

Wonogiri, siap siaga senantiasa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Rebutan Harta Warisan

10/21/2024

0 Comments

 
Puncta 21 Oktober 2024
Senin Biasa XXIX
Lukas 12: 13-21

BEBERAPA waktu lalu terjadi perkelahian antara dua kakak beradik di Tasikmalaya. Percekcokan berbuntut perkelahian dengan senjata tajam itu terjadi karena mereka memperebutkan harta warisan.

Di tempat lain, juga terjadi perseteruan antar saudara karena harta warisan. Rumah orangtua mereka tergusur oleh proyek jalan tol. Karena pembagian uang dari ganti untung  jalan tol yang tidak disepakati, menimbulkan pertengkaran antar saudara kandung. Mereka tidak mau bertegur sapa dan "jothakan" antar saudara.

Ada banyak kasus pertengkaran, perkelahian bahkan pembunuhan hanya karena rebutan harta warisan. Dalam Injil hari ini, Yesus juga dihadapkan pada persoalan berebut harta kekayaan.

Ada orang datang kepada Yesus dan meminta, "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." 

Yesus menolak untuk membantu. Ia justru menasehati orang itu. "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu," kata-Nya.

Keserakahan membuat orang lupa segalanya. Nafsu serakah sering membawa korban dari orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia bisa lupa pada saudara, teman baik dan tetangga. Nafsu serakah akan harta bisa membuat orang menjadi buta hatinya.

Yesus mengingatkan bahwa harta tidak dapat menyelamatkan. Siapa yang bisa menyelamatkan nyawa dengan hartanya? 

Yesus membuat perumpamaan orang yang serakah dengan harta. Lalu Ia bertanya, “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”

Orang bisa memperoleh kekayaan dengan sekejap lewat korupsi, atau tindakan kotor lainnya. Tetapi dengan sekejap pula harta kekayaan bisa lenyap. 

Kehendak Tuhan siapa yang bisa menduga? Orang bisa tiba-tiba serangan jantung, kecelakaan, mati. Tiba-tiba ada bencana, tsunami, gempa bumi, harta langsung lenyap tertelan bumi. Lalu untuk apa semua itu?

Selamatkanlah nyawa dan hidupmu, jangan serakah akan harta yang tak bisa menyelamatkan dirimu. Jadikanlah dirimu kaya di hadapan Allah dengan banyak berbuat amal kasih. Hidup ini tidak lama, hanya sebentar saja.

Rebutan harta antar saudara,
Menjadikan dunia seperti neraka.
Harta tak akan dibawa ke surga,
Berbuatlah baik sebanyak-banyaknya.

Wonogiri, mari suka beramal
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Melayani, Bukan Dilayani

10/20/2024

0 Comments

 
Puncta 20 Oktober 2024
Minggu Biasa XXIX
Markus 10: 35-45

HARI ini adalah hari pelantikan pemimpin baru di negeri ini. Pasangan Prabowo dan Gibran dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. 

Bertepatan dengan peristiwa itu, bacaan Injil hari ini sangat cocok direnungkan. Injil berbicara tentang para murid yang rebutan kedudukan.

Kita masih ingat bagaimana proses pemilu kemarin. Ada yang pengin berkuasa lebih lama. Ada yang mengubah UU supaya  bisa berkuasa. Ada yang menggunakan dana-dana bansos untuk kampanye. 

Ada yang menggunakan wewenang untuk menggiring suara. Ada yang pakai medsos untuk menjatuhkan lawan. Pokoknya segala cara dipakai agar orang bisa berkuasa.

Semua orang berusaha untuk mengejar pangkat dan jabatan. Itulah yang dianggap sebagai tanda kesuksesan seseorang. Walau kadang harus menggunakan cara-cara yang tidak halal. 

Hal ini dapat terjadi bukan saja di dunia bisnis dan politik tetapi juga di lingkungan pelayan-pelayan gereja. Ada orang yang berambisi menjadi Wakil Ketua Dewan Paroki dan menjegal orang lain yang dianggap saingannya.

Permintaan Yohanes dan Yakobus menggambarkan bagaimana mereka berebut kedudukan atau jabatan. "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu   kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." Pinta mereka.

Para murid meributkan hal ini. Mereka sibuk berebut mencari kedudukan. Bisa jadi mereka bertengkar dan saling menjatuhkan. Ada black campaign di antara mereka. 

Dalam situasi krisis itu, Yesus mengajarkan bahwa siapa yang ingin menjadi besar justru harus menjadi pelayan dan hamba. Untuk itu, Tuhan Yesus memberi teladan yang total dan nyata. 

Dia yang sebenarnya adalah Anak Allah, datang ke dunia untuk melayani dan memberi diri sebagai kurban penebusan. Bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.

Keributan yang dialami para murid ini mengingatkan kita bahwa terkadang ada orang yang bernafsu dengan jabatan sehingga ia tidak mau diganti atau dimutasi. 

Banyak pejabat yang mati-matian mempertahankan posisinya, mulai dari menyombongkan diri sebagai yang terbaik hingga tega menjatuhkan orang lain. 

Yesus mengingatkan bahwa inti dari jabatan adalah pelayanan. Kita bisa mengambil teladan dari sikap Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang menggunakan tahtanya untuk kesejahteraan rakyat. 

Tahtanya bukan untuk mencari keuntungan diri, kekayaan dan harta, tetapi demi kebaikan masyarakat. Tahta untuk Rakyat.

Semangat melayani Tuhan dan sesama, itulah yang harus dipertahankan dan digelorakan dalam diri kita sepanjang waktu. 

Semoga di tengah-tengah kita muncul kembali pemimpin seperti HB IX yang berani berkorban secara nyata demi kesejahteraan rakyatnya.

Melintasi hutan-hutan jati,
Mengunjungi kawan di Wonogiri.
Jiwa melayani dengan hati,
Itulah jiwa pemimpin yang sejati.

Wonogiri, sukacita melayani sesama
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

God's Influencer

10/19/2024

1 Comment

 
Puncta 19 Oktober 2024
Sabtu Biasa XXVIII
Lukas 12: 8-12

KAUM muda Katolik pasti tahu siapa Beato Carlo Acutis. Dia adalah remaja Italia kelahiran Inggris yang diberi gelar beato oleh Paus Fransiskus tahun 2020. Dialah calon santo remaja abad milenial. Dia digelari sebagai Santo Pelindung Internet.

Sewaktu Acutis dibeatifikasi, Paus Fransiskus mengatakan remaja itu “mengetahui cara menggunakan teknik komunikasi baru untuk mewartakan injil dan mengkomunikasikan nilai-nilai dan keindahan. Ia menggunakan teknologi modern untuk mengungkapkan iman dan mewartakannya kepada banyak orang.

Sebelum meninggal, Acutis membuat akun pribadi di internet untuk mengumpulkan mukjizat-mukjizat ekaristi dan mendorongnya untuk berbagi kepada semua orang. 

Dia menjadi orang pertama dari generasi milenial yang diangkat menjadi orang suci karena tindakannya yang spektakuler.

Hidupnya digunakan untuk menjadi saksi kebaikan Tuhan melalui ekaristi. Kendati masih muda, namun ia telah berani dan getol berjuang agar Ekaristi dikenal banyak orang. Ia sendiri rajin setiap hari mengikuti Ekaristi.

Karena kesuciannya itu, ada beberapa mukjizat penyembuhan terjadi. Salah satunya dialami Valeria Valverde, 21 yang mengalami pendarahan otak karena kecelakaan. Ibunya berziarah ke makam Acutis dan berdoa. Saat itu dokternya mengatakan bahwa pendarahan anaknya sudah hilang.

Yesus bersabda, “Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.” 

Kata-kata ini diyakini oleh Carlo Acutis. Dia yakin bahwa Ekaristi adalah peristiwa kehadiran akan kasih Allah yang nyata.

Ia berani mengakui Yesus yang hadir dalam Ekaristi kudus. Ia mewartakan Ekaristi itu melalui media internet yang dikuasainya. Media internet menjadi wahana untuk mencapai kekudusan. Itulah yang dilakukan Acutis. 

Mari kita juga berani mengakui Yesus sebagai Tuhan yang mengasihi kita dan mewartakannya kepada semua orang agar mereka juga mengalami kasih Allah.

Tidak lama lagi datang hari Natal,
Kita bikin gua dari bahan dedaunan.
Orang muda bisa jadi Santo milenial,
Internet bisa jadi wahana kesucian.

Wonogiri, berani mengakui Yesus Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki