|
Puncta 7 November 2024
Kamis Biasa XXXI Lukas 15: 1-10 DALAM pewayangan, domba yang hilang itu bisa diibaratkan pada tokoh Adipati Karna. Dia adalah putra Dewi Kunti yang melahirkan para Pandawa. Tetapi Karna menyeberang ke pihak Kurawa yang menjadi musuh Pandawa dalam perang Baratayuda. Kresna, penasehat Pandawa sudah berusaha mencari, membujuk dan mengajak Karna untuk kembali pulang, berkumpul dengan saudara-saudaranya. Tetapi Karna tetap teguh mau membela Kurawa. Bahkan Kunti, ibunya sendiri “ngerih-erih” memohon agar Karna balik ke pangkuannya. Tetapi tidak berhasil. Dalam kisah Injil hari ini Yesus berbicara tentang domba yang hilang. Awalnya kaum Farisi bersungut-sungut karena melihat Yesus bergaul, makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa. Kaum Farisi membuat pemisahan tegas antara orang saleh dengan orang-orang yang dianggap berdosa. Orang berdosa bukan hanya kaum pembunuh, pemberontak, pezinah, tetapi juga penggembala, penarik keledai, atau orang-orang yang bergaul dengan bangsa asing. Pemungut cukai jelas bergaul dengan kaum penjajah dan orang asing. Mereka dianggap pengkhianat bangsa. Yesus sebagai guru, pengajar Alkitab dianggap tidak menghargai martabat-Nya sebagai pengajar karena Dia bergaul dengan kaum najis, marginal, proletar rendahan. Karenanya kaum Farisi yang merasa sebagai kelompok saleh dan suci bersungut-sungut atas tindakan Yesus ini. Mereka tak mau menerima. Yesus dituduh merendahkan martabat mereka. Apakah batu mulia akan turun harganya jika berada di kubangan lumpur? Apakah nilai uang akan luntur jika kotor dan kumal sekalipun? Yesus yang adalah Allah tak bisa luntur sifat keallahan-Nya kendati bergaul dengan orang berdosa. Ia tetap Allah. Ia merendahkan diri sebagai gembala untuk mencari domba yang tersesat sampai Ia menemukannya. Gembala itu mencari terus sampai menemukan dombanya; ia tidak mau menyerah sebelum domba yang tersesat itu diketemukannya. Semangat sebagai gembala itu sejalan dengan tindakan Yesus yang mati di kayu salib. “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya." Ya sampai titik darah penghabisan. SAMPAI PADA AKHIRNYA!!!. Demikianlah kasih Allah yang sungguh besar bagi kita domba-domba yang hilang. Apakah kita tidak tergerak hati untuk membalas cinta-Nya? Tidak bertobat untuk kembali ke pangkuan-Nya? Menulis puisi cinta di atas kertas, Selalu dikirim walau tak berbalas. Kasih Tuhan Yesus tak ada batas, Ia mengasihi kita semua sampai tuntas. Wonogiri, Gembala yang mencari domba Rm. A. Joko Purwanto, P
0 Comments
Puncta 6 November 2024
Rabu Biasa XXXI Lukas 14: 25-33 SEMUT adalah salah satu makhluk tertua yang bisa bertahan hidup dari generasi Dinosaurus. Mereka bisa bertahan hidup karena semangat gotong royong dan berbagi. Mereka hidup dalam koloni besar yang sangat terorganisir. Satu koloni bisa terdiri dari ribuan anggota semut. Masing-masing koloni mempunyai paling sedikit satu semut ratu yang tugasnya hanyalah bertelur. Masing-masing mempunyai tugas dan peran yang terorganisir rapi. Ada yang jadi mandor atau ketua kelompok, ada yang bertugas mencari makanan. Ada yang menjadi prajurit menjaga keamanan. Semut pekerja berjenis betina, tetapi tidak bersayap dan tidak dapat bertelur. Mereka mengumpulkan makanan dan memelihara sarang, telur, dan semut muda. Beberapa semut prajurit mempunyai rahang besar dan bertugas mempertahankan koloni. Pada setiap koloni terdapat semut bersayap jantan dan betina. Pada musim semi atau musim panas, mereka terbang dari koloninya untuk mencari pasangan. Setelah kawin, semut jantan mati. Ia mengorbankan dirinya untuk kelangsungan hidup si betina yang akan menjadi ratu bagi koloni barunya. Yesus juga membangun sebuah komunitas. Maka Ia menuntut para pengikut-Nya untuk berkomitmen sesuai dengan rencana-Nya. Ia mengajak murid-murid-Nya hidup dalam semangat pengorbanan dan mau berbagi dengan yang lainnya. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku,” Kata-Nya. Untuk menjadi murid-Nya, orang dituntut rela membuat prioritas. Lebih mengutamakan Yesus dan berani meninggalkan segala-galanya. Kemudian mau hidup menurut jalan hidup Yesus sendiri. Seperti semut itu tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi mau berkorban untuk ratunya yang ada dalam koloni itu, demi kelangsungan hidup bersama. Kita juga diajak berkomitmen dalam mengikuti Yesus Sang Raja Keselamatan. Kita diminta hidup dalam kesatuan dengan Yesus Sang pemimpin dan dalam kebersamaan dengan komunitas kita yakni Gereja. Mari kita wujudkan semangat berkorban dan memanggul salib demi keselamatan kita bersama. Semua semut mengabdi kepada ratu, Hidup gotong royong bersatu padu. Tuhan Yesus Kristus adalah andalanku, Memanggul salib-Nya menjadi semangatku. Wonogiri, siap memanggul salib Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 5 November 2024
Selasa Biasa XXXI Lukas 14:15-24 SEBELUM membuka tokonya, Akhong selalu melewati Gereja. Ia menyempatkan mampir di Gereja untuk sekedar “unjuk muka.” Dia masuk di dalam gereja dan berdoa sebentar. Doanya pun sangat singkat. “Tuhan Yesus, ini Akhong datang berkunjung.” Dia membuat tanda salib dan pergi ke tokonya. Suatu kali Akhong jatuh sakit. Dia harus operasi batu empedu. Dia mondok di rumah sakit beberapa hari. Dengan teman-temannya di satu bangsal, Akhong nampak begitu ceria. Dia sering mengajak ngobrol dan menghibur pasien-pasien yang sakit. Ketika dia diperbolehkan pulang oleh doker, Akhong berpamitan pada semua pasien dan perawat. Seorang pasien bertanya. “Koh Akhong kok begitu ceria walau menderita sakit, dan penuh semangat. Kenapa ya?” Akhong berkisah. “Saya sangat gembira karena tadi malam aku didatangi oleh “Orang Bule Gondrong rambutnya.” Dia berkata, “Akhong, ini Aku datang berkunjung.” Karena Dia aku jadi sembuh dan boleh pulang. Dalam Injil ada orang berkata, “Berbahagialah orang yang dijamu dalam Kerajaan Allah.” Namun Yesus memberi perumpamaan undangan sebuah pesta perjamuan. Ada banyak orang yang diundang. Tetapi mereka tidak datang dengan berbagai alasan. Ada yang baru membeli ladang. ada yang baru saja membeli lembu. Ada yang baru saja menikah. Mereka mencari alasan-alasan untuk menolak undangan pesta. Maka Tuan itu mengundang siapavsaja yang ada. “Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.” Orang-orang yang mencari alasan itu adalah kita. Kita seringkali mencari kesibukan agar tidak berdoa, datang sembahyang ke lingkungan, tidak ikut perayaan ekaristi. Undangan Tuhan untuk dekat dengan-Nya kita tolak dengan aneka macam kesibukan. Bermain game di Smartphone lebih diutamakan daripada sembahyang. Pergi piknik ke luar kota lebih diprioritaskan daripada ibadat ekaristi Hari Minggu. Acara ziarah pun harus ada hiburannya dengan kuliner atau kunjungi tempat wisata. Kita sering tidak punya waktu dengan Tuhan. Undangan-Nya sering kita abaikan. Maka jangan menuntut Tuhan untuk mendengarkan doa kita atau peduli dengan kita karena kita juga tidak peduli dengan Tuhan. Belajarlah seperti Akhong, walau hanya sebentar dia memprioritaskan untuk datang berdoa kepada Tuhan. Tuhan pun menyempatkan waktu untuk datang kepada kita. Naik andong pergi ke kota, Jalan-jalan sambil bawa panganan. Seperti Akhong selalu berdoa, Kita utamakan waktu untuk Tuhan. Wonogiri, berdoalah senantiasa Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 04.11.24
PW. St. Carolus Boromeus Lukas 14: 12-14 SUATU kali seorang ibu minta ide saya untuk mengadakan pesta ultah anaknya yang ke tujuhbelas tahun. Dia ingin membuat pesta besar-besaran. Dia merencanakan mengundang teman anak-anaknya di sebuah mall besar dan menghadirkan artis terkenal sambil membagi-bagikan hadiah. Saya memberi ide yang sangat berbeda. Bagaimana kalau pestanya tidak di mall mewah tetapi di sebuah Panti Asuhan yang sederhana. Saya bilang, “Sensasi emosinya pasti sangat berbeda.” Dengan berdialog dan komunikasi dari hati ke hati, ternyata anaknya setuju. Dia tidak mengundang teman-temannya, tetapi hadir langsung mengajak anak-anak Panti Asuhan. Tidak dengan hingar bingar pesta di mall mewah, tetapi pergi jauh ke Panti Asuhan yang miskin dan sederhana. Setelah perayaan di Panti Asuhan, anaknya menghampiri ibunya, memeluknya dan berkata sambil berlinang air mata, “Mama, terimakasih ya. Mama telah mengajari aku cinta tanpa pamrih, dan bersyukur atas cinta Mama Papa kepadaku. Kebahagiaan hari ini tak bisa dinilai dengan apapun.” Yesus mencoba mengubah kebiasaan orang dalam undang mengundang pesta. Pesta sering menjadi pameran kekayaan. Orang sering harus balas membalas mengundang pesta. Malu kalau tidak bisa membalas dengan sumbangan yang besar. Pesta bukan menjadi hal yang membahagiakan tetapi malah membebani. Yesus mengajarkan nilai baru, “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." Berbagi kebahagiaan dengan orang miskin, cacat, menderita diperhitungkan Tuhan di akherat sana. Dengan berbuat demikian, kita menabung kebaikan dan keutamaan. Mari kita berani mengubah kebiasaan yang tidak menguntungkan untuk memperoleh hidup kekal. Membeli tape ketan di kota Muntilan, Untuk oleh-oleh teman yang di Magelang. Berbuat baik tanpa mengharap balasan, Kebahagiaan tak ternilai harta tidak hilang. Wonogiri, cinta tanpa pamrih Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 3 November 2024
Minggu Biasa XXXI Markus 12: 28b-34 SERING kita menjumpai dalam rapat atau diskusi, orang yang bertanya bukan karena tidak tahu, tetapi ingin mencobai, mengetes atau menjebak kita. Motivasi di balik pertanyaan itu bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi ingin mempermalukan kita. Orang yang bertanya itu punya niat jahat dan pamer kesombongan, bahwa ia lebih tahu dan ingin dihargai. Ahli Taurat yang bertanya pada Yesus itu tahu bagaimana Yesus bersoal jawab dan berdiskusi dengan kaum Farisi dan ahli-ahli Kitab. Jawaban-jawaban Yesus sungguh tepat dan seringkali menohok ke dalam pola pikir dan tindakan mereka. Mungkin juga ahli Taurat itu ingin mengetahui sejauh mana bobot pemahaman Yesus tentang Taurat. Karena di dalam Taurat ada banyak aturan dan hukum, perintah dan larangan. Setiap orang Yahudi pasti paham dan ngerti seluruh isi Kitab Taurat. Maka dia bertanya pada Yesus, "Hukum manakah yang paling utama?" Kalau dibahasakan dengan kalimat lain, “Apakah Engkau tahu manakah hukum dalam Kitab Taurat yang bobotnya paling tinggi?” Yesus mengutip Kitab Ulangan dan Kitab Imamat. Di sana tertulis dua hukum yang utama. Kata-Nya, “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Karena jawaban yang tepat dan meyakinkan itu, si ahli Taurat membenarkan dan mengamininya. Ia tak bisa lagi memprotes atau membantahnya. Ia hanya bisa mengatakan, "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.” Yesus menyindir ahli Taurat itu dengan berkata, "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Kata “tidak jauh” itu artinya belum sampai. Kurang "sak nyuk!" Supaya kita bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah, jangan hanya tahu, paham, ngerti tetapi yang penting melakukan dalam tindakan nyata. Iman terwujud dalam tindakan. Hapal tentang hukum saja tidak cukup untuk bisa selamat. Kita dituntut bisa melakukannya dalam praktek hidup sehari-hari. Inilah yang menjadi tugas kita sepanjang hidup. Ayo kita praktekkan. Dari Tanjung Mas pergi naik kapal, Berlayar ke lautan menuju Bagan Siapi-api. Aturan tidak hanya untuk dihapal, Tetapi dilakukan dalam hidup sehar-hari. Wonogiri, melakukan Hukum Kasih Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 2 November 2024
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman 2Makabe 12: 43-45 dan Yohanes 6:37-40 SEORANG teman yang menjadi dosen di APMD Yogyakarta pernah bercerita. Ketika sedang mendampingi kuliah kerja lapangan di sebuah desa di Purworejo, suatu malam dia didatangi arwah seorang ibu tua berkebaya. Ibu itu berdandan dan berpakaian seperti zaman Ibu Kartini. Malam itu hujan sangat deras. Ibu tua itu menampakkan diri cukup lama. Teman itu dengan jelas melihat kehadirannya. Ia takut dan tak tahu apa maksud kedatangannya. Setelah itu terdengar suara kentongan bertalu-talu dari segala arah desa. Ternyata banjir bandang datang. Suara “titir” kentongan itu tanda bahaya untuk segera mengungsi. Para mahasiswa membantu para lansia mencari tempat aman di Balai desa. Setelah air surut di pagi hari, dosen itu berjalan-jalan di kampung. Ia menemukan sebuah makam dengan nama seorang Nyai. Menurut keterangan penduduk, Nyai itu adalah cikal bakal leluhur dari desa di situ. Ia membatin, mungkin Nyai tua tadi malam datang ingin memberitahu akan datangnya bencana banjir yang melanda desa itu. Ia makin percaya bahwa ada kehidupan setelah peziarahan di dunia ini selesai. Ada dunia abadi setelah dunia sekarang ini. Hari ini Gereja Katolik memperingati arwah semua orang beriman. Dalam Credo, kita percaya akan Persekutuan para Kudus yaitu kita yang masih hidup di dunia ini, maupun semua Orang Kudus di surga, dan semua orang yang telah meninggal. Persekutuan inilah yang disebut Tubuh Mistik Yesus Kristus. Di hadapan Tuhan, orang-orang yang sudah dipanggil itu tetap hidup di dunia lain yang beda. Bagi orang Katolik, kematian bukan akhir kehidupan, tapi justru puncaknya. Hidup kita tidak lenyap, hanya diubah mengikuti hidup Kristus yang telah bangkit mulia. Kita percaya bahwa sesudah pengembaraan kita di dunia ini selesai, tersedialah bagi kita kediaman abadi di surga. Kita berdoa bagi mereka yang sudah meninggal agar diampuni dosanya, dan boleh mengalami kasih Allah di surga. Kita berharap kelak boleh berkumpul kembali dalam kebahagiaan abadi bersama Kristus, Jalan, Kebenaran dan Kehidupan yang sempurna. Jalan pagi di alun-alun kota, Menikmati sejuk dan segarnya udara. Kematian bukan akhir segalanya, Ada hidup bersama Tuhan yang mulia. Wonogiri, semoga para arwah berbahagia Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 01 November 2024
Hari Raya Semua Orang Kudus Matius 5: 1-12a SABDA Bahagia yang diajarkan Yesus sering disebut sebagai Kotbah di Bukit. Memang itu dilakukan Yesus di atas bukit atau tempat yang tinggi. Hal ini mengingatkan para pembaca Injil yang adalah kebanyakan orang Yahudi untuk mengenang peristiwa Musa menerima Taurat di Gunung Sinai. Seperti kalau kita berziarah ke Gua Maria, kita tidak hanya datang ke Sendangsono, Sriningsih, Kerep atau Pohsarang, tetapi kita mengingat kembali peristiwa mukjizat-mukjizat yang terjadi di Lourdes atau Fatima. Kita berharap mendapat rahmat yang sama dari Tuhan melalui doa dan ziarah itu. Bagi umat Israel, Taurat berisi pedoman, petunjuk, tatacara ibadat, hukum yang bila dijalani dengan baik akan membuat mereka menjadi dekat pada Tuhan dan menjadi umat yang diselamatkan-Nya. Dalam konteks ini Yesus sedang menjalankan peran kenabian-Nya sebagai Musa Baru yang mengajarkan Hukum Kasih kepada semua orang. Bila kita menjalankan hukum Yesus maka kita akan menjadi selamat. Memang ada bedanya juga antara Musa dan Yesus. Di puncak Sinai Musa menerima Taurat dari Tuhan. Umat berada jauh di kaki gunung. Allah terasa sangat jauh dari umat. Sedang di puncak bukit, Yesus mengajar di dekat umat-Nya. Allah terasa dekat dengan manusia. Inilah pengalaman transendensi dan imanensi Allah dengan manusia. Musa adalah nabi yang menyampaikan hukum Allah. Yesus adalah Firman Allah itu sendiri yang bersabda kepada manusia. Sabda Bahagia adalah jalan menuju pada keselamatan hidup. Sabda Bahagia itu adalah sebuah ajakan untuk hidup sesuai dengan jalan Tuhan. Jika kita berani dan ikhlas menjalankannya, niscaya kita akan sampai pada keselamatan yaitu Kerajaan Bapa. Memang sabda Bahagia itu berlawanan dengan tolok ukur kebahagiaan yang ditawarkan dunia. Berbahagialah orang yang miskin, orang yang berdukacita, orang yang lemah lembut, orang yang lapar dan haus akan kebenaran, berbahagialah orang yang dianiaya oleh karena kebenaran. Itulah semangat Allah yang mau menderita, turun menjadi manusia dan mati di salib demi menyelamatkan kita. Siapkah kita mengikuti jalan delapan sabda bahagia itu agar bisa bersatu dengan Allah dalam kebahagiaan surgawi? Tidak mudah itu bukan berarti tidak bisa diwujudkan. Kita bisa asal mau mengandalkan rahmat Tuhan. Jalan jalan ke kota Grobogan, Banyak lubang di tengah hutan. Sabda Yesus jalan kebahagiaan, Ikut Yesus sampai pada keselamatan. Wonogiri, berkat Tuhan untuk anda semua Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 31 Oktober 2024
Kamis Biasa XXX Lukas 13:31-35 SUKA nonton film action serial The Ip Man? Film ini mengisahkan tokoh bela diri Wing Cun yakni Ip Man (Donnie Yen) yang sering mengalami diskriminasi dan ketidakadilan. Ia berusaha memperjuangkan kebaikan dan kebenaran. Tetapi banyak kelompok yang menentangnya. Dalam menghadapi perlawanan itu, Ip Man kadang berusaha mengalah. Ia mundur dan menghindari perkelahian. Tetapi jika ditekan dan ditantang, Ip Man melawan demi membela kebenaran. Film laga ini terinspirasi dari kisah hidup pendiri Wing Cun yakni Ip Kai-man atau Ip Man yang menjadi guru Bruce Lee. Suatu kali ia menasehati muridnya dengan berkata, “Hal yang terbaik adalah dengan tidak bertarung sama sekali.” Atau kali lain dia juga berkata, “Jangan bertarung dengan kekuatan, serap kekuatan itu dan alirkanlah, gunakan kekuatan itu." Maksud pesan itu adalah jika kita mau hidup damai maka janganlah bertarung atau berkelahi dengan siapa pun. Kekerasan yang dilawan dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Balas dendam bukan cara menyelesaikan persoalan antar manusia. Yesus mendengar ada ancaman yang membahayakan Diri-Nya. Ada orang yang datang kepada-Nya dan berkata, "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." Yesus tidak melawan dengan kekerasan. Tetapi Dia juga tidak berhenti melakukan kebaikan; menyembuhkan orang sakit, menolong orang miskin dan menderita. Dia terus membawa kebaikan pada orang lain. Yesus tidak takut pada ancaman, intimidasi dan hambatan. Ia terus berkarya menularkan kebaikan Allah kepada manusia. Tidak seperti Ip Man yang mengajarkan gerakan bela diri untuk mengalahkan lawan-lawannya. Yesus mengajarkan gerakan aktif tanpa kekeransan ( active non violence movement). Banyak pejuang-pejuang kemanusiaan menjunjung gerakan aktif membela hak asasi manusia tanpa kekerasan. Kita diajarkan oleh Yesus untuk tidak melawan kekerasan dengan kekerasan. Kita bertindak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Marilah kita terus berjuang kendati selalu mendapat hambatan, ancaman dan perlawanan. Jalan-jalan ke Kota Bunga, Lihat pemandangan indah di mata. Jangan lelah kita terus bekerja, Dengan belas kasih dan bela rasa. Wonogiri, terus bekerja dengan cinta Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 30 Oktober 2024
Rabu Biasa XXX Lukas 13: 22-30 ADA orang yang datang kepada Yesus tentang siapa yang akan diselamatkan, apakah hanya sedikit saja mereka yang akan selamat? Bahkan Saksi Jehova menyatakan bahwa mereka yang diselamatkan hanya 144.000 orang. Mereka mengutip Kitab Wahyu secara hurufiah, “Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.” Yesus tidak menjawab tentang berapa jumlah orang yang diselamatkan. Tetapi lebih menekankan untuk berusaha sekuat tenaga agar bisa memasuki pintu yang sempit supaya bisa masuk ke dalam perjamuan Tuhan. Usaha atau proses berjuang agar bisa masuk ke pintu perjamuan Tuhan itulah yang lebih diutamakan. Bukan soal berapa banyak atau sedikitnya orang yang akan diselamatkan. Berapa jumlahnya itu bukan urusan kita. Yang menjadi urusan kita adalah bagaimana usaha kita. "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat,” pesan Yesus. Berjuang dengan sekuat tenaga itulah pesan yang mau disampaikan Yesus. Banyak orang yang berusaha dengan keras, namun tidak berhasil. Maka kita harus terus konsisten berjuang sampai mendapatkannya. Keselamatan itu juga sebuah anugerah Allah. Hal ini dikatakan Yesus bahwa orang akan datang dari mana-mana, segala penjuru dunia. “Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." Keselamatan atau ikut dalam perjamuan Tuhan adalah mutlak kuasa Tuhan yang memberikan. Belas kasih dan kerahiman Tuhanlah yang kita harapkan. Maka marilah kita tetap berjuang agar kita diperkenankan memasuki pesta perjamuan Tuhan yang abadi. Kita percaya akan belas kasih dan kemurahan Tuhan. Dia tidak akan membiarkan kita tersesat dan terlantar. Makan pagi dengan banyak sayuran, Jangan lupa juga makan buah-buahan. Dengan amal kasih dan pertobatan, Kita mengetuk pintu kerahiman Tuhan. Wonogiri, tetap tekun berusana dan beriman Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 29 Oktober 2024
Selasa Biasa XXX Lukas 13: 18-21 SALAH satu tugas yang harus dilakukan para frater di Tahun Rohani Jangli, Semarang waktu itu adalah membuat roti tawar. Secara bergilir kami disuruh membuat roti tawar pada hari Rabu siang, supaya bisa disajikan sebagai menu sarapan pada Kamis paginya. Di ruang dapur Susteran, kami menyiapkan bahan-bahan membuat roti. Ada terigu protein tinggi, air secukupnya, ragi instan, madu, minyak goreng, tepung gandum dan garam yang cukup. Alat-alat masak semua sudah disiapkan. Kami campur bahan-bahan itu dengan ragi sampai lembut kalis elastis. Adonan itu didiamkan di loyang selama satu jam biar mengembang. Ragi yang dicampur itu bekerja untuk mengembangkan tepung roti. Setelah mengembang, roti bisa dipanggang sampai matang dengan oven. Dengan gambaran ragi yang diaduk di dalam tepung terigu sehingga bisa mengembang makin besar, Yesus menjelaskan tentang tumbuhnya Kerajaan Allah di tengah-tengah kita. Juga dengan tumbuhnya biji sesawi menjadi pohon yang besar, Yesus mengumpamakan proses berkembangnya karya Allah di dunia ini. Seperti para petani yang tidak menyadari tumbuh kembangnya benih yang ditabur, demikian kita pun tidak sadar bahwa karya Allah itu berproses secara alami di tengah-tengah kita. Kerajaan Allah itu seperti matahari yang terus berputar membuat pagi berjalan menuju sore dan malam. Besuknya muncul kembali tanpa kita perintah dan kita sadari. Allah pun terus berkarya menumbuhkan kehidupan di alam semesta. Seperti Pemasmur yang memperingatkan kita, laksana rumput yang pagi hijau segar dan sore harinya menjadi kering layu, kita pun mengikuti proses kehidupan yang dianugerahkan Tuhan. Mari kita menjalaninya agar bisa tumbuh berkembang dalam proses dan berguna bagi sekitar kita. Seperti ragi yang mengubah tepung menjadi roti dan berguna untuk hidup, demikian pun diri kita semoga bisa berguna bagi sekitarnya agar dunia semakin tumbuh dalam kasih dan persaudaraan. Seperti benih biji sesawi, tumbuh jadi pohon yang tinggi. Hidup harus terus kita dijalani, Kasih Allah tak pernah berhenti. Wonogiri, mari terus bertumbuh kembang Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed