Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Berdosa dengan Pikiran

6/13/2025

1 Comment

 
Puncta 13 Juni 2025
Pw. St. Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja
Matius 5: 27-32

AWAL Juni kemarin terjadi tindak pembunuhan yang dilakukan seorang pria berinisial KA di Ciwidey, Kabupaten Bandung. KA membunuh korban EK karena diduga telah berselingkuh dengan istrinya. 

KA timbul pikiran cemburu pada EK karena sering kirim pesan WA di HP istrinya. Kemarahannya memuncak pada malam kejadian karena EK tidak mau mengakui dan minta maaf. 

Saat itu KA menusuk sebilah pisau di punggung EK yang menyebabkan kematian. Kemarahan dan sakit hati dilontarkan dengan tindakan pembunuhan.

Peristiwa ini hanya sebagian kecil dari ribuan kasus perselingkuhan yang terungkap di tengah masyarakat. Banyak orang mengecam tindakan ini sebagai pengingkaran terhadap martabat dan kesucian hidup manusia.

Dalam Injil Yesus mempunyai pandangan yang lebih radikal. Tidak hanya zinah yang dianggap berdosa. Tetapi setiap orang yang memandang perempuan serta mengingininya, adalah sudah berzina dengan dia di dalam hatinya. Semua orang punya potensi jatuh dalam dosa karena pikirannya yang jahat.

Memandang untuk memiliki atau mengingini perempuan di dalam hatinya sudah jatuh dalam dosa. Awal dosa dimulai dari hati dan pikiran. Maka mengendalikan hati dan pikiran adalah sangat penting.

Semua tindakan yang keluar dimulai dari dalam hati dan pikiran manusia. Pria tadi dihantui pikiran jahat dan hati yang cemburu, benci dan marah pada lelaki yang mengganggu istrinya. Maka yang keluar adalah tindakan pembunuhan.

Yesus mengajak kita mulai mengendalikan hati dan budi kita. Jika kita mampu mengendalikan hati dan pikiran kita, maka kita tidak akan mudah terjerumus dalam tindakan yang salah. 

Bagi Yesus lebih baik mempunyai tubuh tidak sempurna tetapi masuk sorga daripada dengan tubuh yang sempurna justru jatuh dalam kubangan dosa. 

Tangan, mata, mulut dan panca indera lainnya harus dipakai untuk membawa kita ke sorga, bukan untuk berbuat dosa. 

Bunga melati bunga kamboja,
Dipakai saat hari Selasa.
Apa gunanya kaya raya,
Tetapi di sananya sengsara?

Wonogiri, hati-hati gunakan tanganmu
Rm. A, Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Penjaga Nilai-Nilai Adat

6/12/2025

1 Comment

 
Puncta 12 Juni 2025
Kamis Biasa X
Matius 5: 20-26

KALAU ada upacara adat di Bali, pasti ada pecalang yang bertugas mengamankan dan menertibkan kegiatan masyarakat. Mereka menjaga agar adat istiadat dihormati dan dijunjung tinggi. Pecalang menjadi representasi kearifan lokal yang adi luhung dan harus ditaati.

Dalam kehidupan kaum Yahudi, kelompok Farisi adalah penjaga hukum Taurat. Mereka bertindak seperti hakim yang mengadili apakah orang sudah bertindak sesuai dengan hukum atau tidak.

Mereka tidak hanya mengajarkan tata aturan Taurat, tetapi juga bertindak sebagai wasit yang mengadili. Hal ini membuat status mereka menjadi lebih tinggi, merasa paling benar dan berlaku munafik.

Sikap seperti itulah yang dikritik oleh Yesus; merasa paling benar dan munafik. Maka Yesus mengingatkan agar orang menuruti ajarannya tetapi jangan menirukan kelakuannya. Kaum Farisi mengajarkan Taurat tetapi tidak melakukannya.

Kata Yesus, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Kita diingatkan agar tidak berpuas diri karena telah menuruti aturan-aturan hukum (legalitas, literalistis), tetapi selalu berusaha untuk memahami inti, maksud dan tujuan Allah memberikan hukum itu. 

Yesus mengajak kita untuk kembali ke dalam diri dan hati nurani, melihat motif, lalu berusaha untuk menghindari hal-hal kecil yang bisa berujung pada dosa besar.

Yesus menginterpretasikan, “Jangan membunuh,” bukan soal pembunuhan fisik dengan senjata. Tetapi pembunuhan karakter dengan kata-kata kasar, marah, benci dan tuduhan-tuduhan jahat sudah menjadi tindakan pembunuhan.

Aku berkata kepadamu: “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”

Yesus mengharapkan kita bertindak “magis” dalam arti lebih berkualitas dibanding para ahli Taurat dan kaum Farisi. Kita harus bisa menyelaraskan antara kata dan tindakan sehingga dapat dipercaya oleh orang lain.

Mari kita pergi ke Raja Ampat,
Dengan naik kapal Dewi Iriana.
Orang tidak percaya pada pejabat,
Antara kata dan kelakuan jauh berbeda.

Wonogiri, katakan sejujurnya
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Anak Penghiburan

6/11/2025

0 Comments

 
Puncta 11 Juni 2025
Pw. St. Barnabas, Rasul 
Matius 5:17-19

HARI ini kita memperingati tokoh penting dalam sejarah gereja perdana. Dia adalah St. Barnabas rasul yang membawa Injil keluar wilayah Yahudi. Nama aslinya adalah Yusuf seorang Yahudi keturunan Lewi.

Barnabas artinya “Anak Penghiburan,” adalah nama julukan dari para rasul karena dia menjual ladangnya dan menyerahkannya di depan kaki rasul-rasul.

 Ia melakukan apa yang diajarkan Yesus. Tindakannya ini adalah sebuah penghiburan dan bernilai positif bagi jemaat.

Ia diutus mengabarkan Injil ke Antiokhia dan pengajarannya membuahkan hasil yang subur. Barnabas adalah pemimpin yang dihormati dan dikasihi jemaat. Karenanya jemaat berkembang dan mereka untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Sebagai pemimpin ia terbuka terhadap kharisma orang lain. Dialah yang menerima Saulus dan membawanya kepada para rasul. Banyak orang menjauhi Saulus karena dia sebagai penganiaya jemaat.

Namun Barnabas menerima Saulus. Dia bisa melihat bakat dan kharisma Saulus untuk pekabaran Injil. Barnabas seorang pemimpin yang visioner dan mau bekerja sama dengan siapa pun. 

Ia berani berbeda sikap dengan para penatua di Yerusalem. Seorang pemimpin harus berani ambil keputusan dan bertanggungjawab dengan tindakannya.

Ia mengadakan perjalanan dengan Saulus. Pada awal perjalanan, nama Barnabas ditulis di depan oleh Lukas. Barnabas dan Paulus. Namun di tengah jalan, posisi nama berubah. Paulus berada di depan baru kemudian Barnabas.

Seorang pemimpin tidak harus selalu di depan. Ia membiarkan Paulus maju dan berperan dalam pekabaran Injil. Barnabas tahu saatnya harus mundur dan memberi kesempatan kepada orang lain. 

Pekabaran Injil adalah sebuah pelayanan bukan ambisi kekuasaan. Barnabas memberi contoh sikap kerendahan hati seorang hamba yang taat menjalankan tugasnya.

Jika kita menjadi pemimpin atau tetua, kita bisa belajar dari Santo Barnabas ini. Ia membawa penghiburan bagi siapa pun yang dilayaninya. Ia tidak gundah digantikan orang lain. Ia lega rila mundur agar orang lain tumbuh berkembang.

Ada lho pemimpin yang tidak rela digantikan orang lain. Ibarat “wong sing ngemut manising madu banjur lali anggone nglepeh.” 

Kalau orang sudah terlena oleh nikmatnya kekuasaan, dia lupa harus melepaskannya karena semua ada batasnya.

Nikel sedang jadi bancakan,
Papua dikeruk habis-habisan.
Tahta bisa menjadi godaan,
Ada yang tak rela melepaskan.

Wonogiri, semua ada batasnya
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Urip Iku Urup

6/10/2025

0 Comments

 
Puncta 10 Juni 2025
Selasa Biasa X
Matius 5: 13-16

KALIMAT bijak di atas berarti, “Hidup itu harus bernyala.” Maknanya, hidup kita mesti berguna bagi sesama. Hidup yang tidak berguna ibarat mayat yang berjalan tanpa tujuan. Yesus memakai ungkapan Garam dan Terang. 

Sudah sejak zaman kuno, garam adalah komoditas penting dalam kehidupan masyarakat. Firaun membayar budak yang dipekerjakan membangun Piramida Giza dengan garam. 

Di Zaman Romawi, garam dipakai sebagai alat untuk menggaji pegawai. Maka kata gaji dalam bahasa Inggris disebut “Salary.” Kata itu mengambil dari Bahasa Latin ”Salarium,” yang berarti garam.

Untuk membuat masakan yang lezat, kita membutuhkan garam. Kendati hanya sedikit tetapi garam memberi rasa bagi seluruh makanan. 

Betapa pentingnya garam bagi kehidupan kita. Tetapi jangan terlalu banyak juga, karena bisa menyebabkan tekanan darah naik, demensia, maag akut dan gangguan ginjal.

Begitu juga Terang atau cahaya sangat penting bagi manusia. Setiap manusia membutuhkan unsur api, air, udara dan tanah. 

Api atau terang dibutuhkan bagi kehidupan setiap orang. Tanpa unsur-unsur itu kita akan terganggu dinamika hidup kita.

Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa kita adalah Garam dan Terang dunia. Dengan menjadi garam, hidup kita akan memberi citarasa bagi lingkungan di sekitar. 

Dengan menjadi terang, kita bisa membimbing dan menuntun pada kebaikan. Sebaliknya kalau hidup tidak bermakna atau berguna bagi sesama, ibarat garam yang sudah tawar. Tidak ada gunanya lagi dan hanya dibuang dan diinjak-injak orang.

Terang berfungsi untuk menuntun orang agar bisa berjalan. Terang laksana mercusuar yang menjadi pedoman arah. Para pelaut mengandalkan mercu suar agar bisa kembali ke tujuan asal.

Yesus adalah Terang Sejati. Ia berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” 

Para murid juga diajak menjadi terang bagi sesamanya. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” 

Maukah anda menjadi garam dan terang bagi dunia di sekitar kita?

Raja Ampat dikeruk jadi tambang,
Yang diuntungkan hanya si kaya.
Kita diutus jadi garam dan terang,
Membawa hidup kita makin menyala.

Wonogiri, jadilah Terang dunia
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Bunda Gereja

6/9/2025

0 Comments

 
Puncta 9 Juni 2025
Pw. SP. Maria Bunda Gereja
Matius 5: 1-12

SETELAH Gereja lahir berkat karunia Roh Kudus yang dicurahkan kepada para rasul pada hari Pentakosta kemarin, kita menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Gereja. 

Maria adalah bunda kita semua umat yang bersekutu dalam iman kepada Yesus Kristus, Puteranya.

Dalam iman kepada Kristus yang lahir dari Perawan Maria, kita diangkat menjadi sahabat-sahabat-Nya. Maka kita pun boleh menyebut Maria sebagai Bunda kita semua, yakni Gereja yang dibangun oleh Tuhan Yesus.

Bacaan hari ini menggambarkan siapa yang berbahagia. Sebagaimana Yesus menyebut siapa ibu dan saudara-saudara-Nya, ialah mereka yang mendengarkan dan melaksanakan sabda Allah. Demikian juga kepada Bunda Marialah sabda itu bisa diterapkan. 

Maria sebagai pribadi yang berbahagia karena mendengarkan dan melaksanakan sabda bahagia itu.

 Sebagaimana ungkapan Jawa, “Sing sapa nandur, bakal ngundhuh,” demikianlah Maria menanam kebaikan dan keutamaan yang luhur bagi banyak orang.

Dalam sabda bahagia itu terkandung harapan yang akan diperoleh atas perbuatan-perbuatan kita sekarang. Kita nanti akan memetik apa yang kita taburkan bagi orang lain. 

Kebaikan itu akan melahirkan atau membuahkan kebaikan. Itulah yang membuat kita berbahagia.

Yang miskin di hadapan Allah akan memperoleh kerajaan  Surga: yang berdukacita akan dihibur, yang lemah lembut akan memiliki bumi. 

Yang lapar dan haus akan kebenaran akan dipuaskan, yang murah hati akan memperoleh kemurahan, yang suci hatinya akan melihat Allah, yang membawa damai akan disebut Anak Allah, yang dianiaya oleh karena kebenaran akan memiliki Kerajaan Surga.

Kita diundang meneladan seperti Bunda Maria, Bunda Gereja, yaitu kita semua untuk melakukan kebaikan dengan tulus dan ikhlas, sehingga seperti Bunda-Nya kita memperoleh kemuliaan kekal. Mari bercermin pada Maria Bunda kita semua.

Bunga indah di kebun raya,
Semerbak wangi kemana-mana.
Maria adalah bunda kita,
Kasihnya sungguh tiada tara.

Wonogiri, salam Maria penuh rahmat
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Sang Penolong

6/8/2025

0 Comments

 
Puncta 8 Juni 2025
HR. Pentakosta, 
Yohanes 14:15-16.23b-26

HARI ini kita merayakan Pentakosta yaitu saat Roh Kudus turun atas para rasul. Hari ini bisa juga diartikan sebagai hari-lahir Gereja.

Lahirnya Gereja ditandai dengan peristiwa Roh Kudus menerangi para rasul dan beberapa orang yang berkumpul di Yerusalem. 

Mereka adalah orang-orang yang bersekutu dan percaya kepada Yesus Kristus. Inilah ciri pertama Gereja, yakni paguyuban orang, baik pria maupun wanita yang berasal dari berbagai latar belakang dan golongan, yang mengimani Yesus Kristus.

Lahirnya Gereja berarti terjadi penciptaan baru. Dalam Kitab Kejadian, Allah menciptakan alam semesta dengan firman-Nya atau Logos. 

Dalam Injil Yohanes, Logos atau Firman Allah menjelma menjadi manusia. “Pada mulanya adalah Firman.” Sabda itu menjadi manusia yaitu Yesus Kristus.

Gereja Kristus lahir melalui firman dan kasih Yesus di kayu salib. Ciri kedua adalah persekutuan Gereja didasarkan pada kasih Kristus. 

Injil hari ini menegaskan hal tersebut: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” Saling mengasihi itulah perintah utama yang menjadi “trade mark” Gereja.

Sesudah Yesus naik ke sorga, Ia menjanjikan Roh Kudus, yang disebutnya sebagai Roh Penolong. Kata Yunani Parakletos bisa bermakna: Penolong, Penghibur, Penasihat, Advokat. 

Fungsi Roh Kudus adalah menolong, menghibur, membela bagi jemaat Kristus. Ciri ketiga adalah pendampingan Roh Kudus. Gereja diikat oleh Roh Kudus.

Roh Kudus akan mengajar segala sesuatu yang difirmankan Yesus kepada jemaat. Roh Kudus melanjutkan pengajaran Yesus. Kita selalu dibimbing dan diingatkan akan sabda Yesus oleh Roh Kudus.

Ciri keempat adalah relasi Trinitaris dalam gereja. Peran Roh Kudus menghadirkan kasih Bapa dan Putera di tengah jemaat. 

Yesus menegaskan bahwa Roh Kudus akan “diutus oleh Bapa dalam nama-Ku.” Maka relasi ketiganya adalah kesatuan mutlak; Bapa-Putera-Roh Kudus. 

Dalam Credo, kita percaya akan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tri Tunggal itulah yang menjadi sumber dan keselamatan kita. Mari kita kuatkan iman kita.

Pergi ke waduk menjala ikan,
Yang masuk jala adalah ikan teri
Utuslah Roh-Mu ya Tuhan,
Dan jadi baru seluruh muka bumi.

Wonogiri, Roh Kudus terangi kami
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Rumput Tetangga Lebih Indah

6/7/2025

0 Comments

 
Puncta 7 Juni 2025
Sabtu Paskah VII, Sabtu Imam
Yohanes 21:20-25

KITA ini seringkali sibuk mengurusi orang lain. Apa yang dilakukan orang lain jadi fokus perhatian kita. Apalagi kalau kita pergi kondangan, kita sibuk melihat penampilan mereka dari kaki sampai ke kepala.

Orang pergi ke pesta pakai mobil bagus, kita iri. Orang bawa tas bermerek, jam tangan mahal, perhiasan gemerlap dan alat make up mengkilap, kita gelisah dan tergagap-gagap. Mata dan perhatian kita tidak terlepas dari tetangga sebelah.

Maka ada pepatah berkata, “Rumput tetangga lebih indah daripada rumput sendiri.” Ungkapan itu mau mengatakan bahwa kita tidak mensyukuri apa yang ada pada diri kita, tetapi lebih suka membandingkan dengan orang lain.

Petrus juga berlaku demikian. Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?" 

Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" 

Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."

Kata Yesus ini juga ditujukan kepada kita, “Itu bukan urusanmu. Tetapi engkau; ikutlah Aku.” 

Yesus minta agar kita tidak terlalu banyak mengurusi orang lain, apalagi hal-hal remeh temeh dan sepele. “Itu bukan uruanmu!”

Yesus menghendaki agar kita lebih fokus untuk mengikuti Dia. Kalau kita terlalu banyak mengurusi orang lain, ‘ngegosip, gibah, menilai dan menghakimi orang lain, kita tidak maju tetapi justru berbuat dosa.

Tiap orang dipanggil dengan peran dan tugas perutusan masing-masing. Marilah kita fokus pada tugas perutusan kita sendiri. 

Jangan memusingkan diri dengan urusan orang lain. Bikin pusing dan stress sendiri.

Pergi ke PGS di konter batik,
Mau membeli selembar kain.
Lakukan tugasmu dengan baik,
Tak usah sibuk dengan orang lain.

Wonogiri, jangan banyak mikiran orang lain
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pertanyaan yang Diulang

6/6/2025

0 Comments

 
Puncta 6 Juni 2025
Jum’at Paskah VII
Yohanes 21:15-19

KETIKA mau masuk ke Seminari Mertoyudan, saya ditanya oleh ibu saya sampai berulang-ulang. “Apakah kamu sungguh-sungguh pengin menjadi romo?” 

Saya tahu ibu saya keberatan karena saya adalah anak sulung yang harus ikut memikirkan adik-adik saya.

Pertanyaan yang diulang-ulang itu mengandung arti kesungguhan, kemurnian niat, tidak hanya main-main atau sembrono dalam menjalaninya. Apa yang diniatkan harus dijalani dengan sungguh-sungguh.

“Aku dan bapakmu hanya bisa mendoakan kalau niatmu memang sungguh-sungguh,” demikian pesan ibu sebelum saya masuk ke Seminari. 

Saya masih terus meyakini ibu dan bapak selalu mendoakan saya dari sorga sehingga saya masih teguh sampai sekarang.

Yesus bertanya kepada Simon Petrus berulang-ulang sampai tiga kali. Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” 

Tuhan Yesus memakai kata “agapao” mengasihi tanpa syarat. Kasih sejati seperti Yesus mengasihi sampai mengorbankan diri, mati di kayu salib.

Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Petrus menjawab dengan kasih yang berbeda. Kata yang digunakan adalah “phileo” kasih seorang sahabat yang ada syaratnya. 

Aku mengasihi kamu kalau ada upahnya, ada untungnya, ada hasilnya. Maka sedihlah hati Petrus karena tak bisa mengasihi tanpa syarat.

Maka Yesuslah yang menurunkan derajat kasih-Nya kepada Petrus pada pertanyaan ketiga. Yesus memaklumi keterbatasan Petrus. Petrus pernah menyangkal tiga kali. Namun Yesus tetap mengasihinya dengan tulus. 

Mengasihi adalah syarat mutlak menjadi pengikut Yesus. Mengasihi adalah hukum utama yang harus dijadikan pedoman dasar bagi setiap Kristen. 

Beranikah kita menjawab kasih Tuhan dengan setulus hati dan ikhlas menjalaninya?

Pergi ke pasar beli lengkuas,
Untuk masak sayur oseng pedas.
Kasih Tuhan tidak ada batas,
Menerima kita bak samudera luas.

Wonogiri, terus ingin mengasihi....
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Unus Pro Omnibus, Omnes Pro Uno

6/5/2025

0 Comments

 
Puncta 5 Juni 2025
Pw. St. Bonifasius, Uskup dan Martir
Yohanes 17:20-26

KALIMAT dalam Bahasa Latin ini menjadi semboyan Negara Swiss yang terkenal dengan pemandangannya yang indah. Mungkin mirip seperti kita yang mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Semboyan itu sungguh dihayati oleh warga Swiss, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakatnya. Mereka hidup dalam kesatuan demi kesejahteraan bersama. 

Tidak heran, tingkat kepercayaan dunia sangat tinggi, sehingga banyak lembaga-lembaga internasional berkantor di Swiss. Juga lembaga keuangan global mempercayakan asetnya di sana.

Alexander Dumas dalam Novelnya yang berjudul The Three Musketeers juga bercerita tentang semboyan “One for All, All for One” ini dalam membangun kelompok pengawal raja Perancis.

Persatuan itu menjadi kunci untuk membangun hidup bersama. Yesus juga mengajak para murid-Nya untuk membangun persatuan sebagaimana Dia bersatu dengan Bapa yang di sorga.

Yesus mendoakan dan memberi pesan agar murid-murid-Nya bersatu. “Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Bagaimanakah persatuan yang dikehendaki Yesus itu kita jalankan bersama? Dunia yang lebih mementingkan sikap egoistik dan persaingan menjadi tantangan kita mewujudkan semangat persatuan.

Membangun persatuan berarti menerima sesama sebagai saudara, bukan pesaing atau musuh. Membangun persatuan berarti siap meninggalkan kepentingan pribadi dan mau berkorban bagi kebersamaan.

Apakah dalam hidup bersama baik di komunitas, gereja dan masyarakat, kita sudah ikut membangun semangat persatuan sebagaimana yang diharapkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya?

Bersatu kita teguh,
Bercerai kita runtuh.
Agar kita tetap utuh,
Jangan suka mengeluh.

Wonogiri, semangat bersatu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Bukan dari Dunia, Tetapi ada di Dunia

6/4/2025

0 Comments

 
Puncta 4 Juni 2025
Rabu Paskah VII
Yohanes 17:11b-19

BANYAK film-film hero yang kita nikmati. Salah satunya adalah Film “Superman.” 

Nama aslinya adalah Kal-El dari Planet Krypton yang telah hancur. Kal-El dikirim ke bumi untuk menyelamatkannya.

Kal-El ditemukan oleh pasangan Jonathan dan Martha Kent dan diberi nama Clark Kent. Ia tumbuh sebagai pemuda yang mempunyai kekuatan heroik untuk menolong dan melindungi orang kecil, lemah dan menderita. 

Dengan kekuatan supernya dia diberi julukan Manusia Super atau Superman.

Ia bukan dari planet bumi, tetapi hidup dan mengorbankan dirinya untuk menjaga, memelihara dan menyingkirkan segala yang jahat dari muka bumi. Ia menghadapi banyak tantangan dan bahaya demi menyelamatkan manusia.

Yesus berasal dari Allah. Ia datang ke dunia untuk membangun Kerajaan Allah. Ia mengumpulkan murid-murid-Nya untuk ikut serta mewartakan nama Allah. Para murid diajari dan dididik tentang siapa Allah.

Yesus menjaga dan memelihara murid-murid-Nya agar tetap bersatu sejiwa dalam persekutuan dengan-Nya. 

Mereka bukan lagi dari dunia karena telah bersatu dengan Kristus. Tetapi mereka harus menghadapi dunia yang gelap dan kejam.

Maka Yesus mendoakan mereka agar sepeninggal-Nya, Bapa tetap menjaga dan memelihara mereka. 

“Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 

Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.”

Sebagai murid Kristus kita diingatkan bahwa asal-usul kita bukan dari dunia, sama seperti Kristus yang bukan dari dunia. 

Kita diutus Kristus untuk meneruskan karya-Nya yakni membawa kabar sukacita kepada dunia. “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.”

Marilah kita jalankan tugas perutusan kita yakni menguduskan dunia dimana kita hidup dan berkarya. 

Marilah kita menjadi “Superman” bagi yang lemah, miskin dan tersingkir.

Bulan bersinar redup,
Menyinari wajah-wajah manusia.
“Urip iku kudu urup.”
Hidup harus berguna bagi sesama.

Wonogiri, mari kita terus berkarya agar berguna
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki